Cerpen Membantu Teman yang Terkena Musibah
Pagi ini, tepat pukul 07.30, bel kampus baru saja berbunyi, tanda mata kuliah jam pertama akan segera dimulai. Tak lama, setelah bel berbunyi, seorang perempuan bernama Bu Rini, memasuki kelas 1EB02. Beliau adalah wali dosen dikelasku yang mengajar mata kuliah Sosiologi dan Politik.
“Selamat pagi semua..”
Sapa bu Rini.
“Selamat pagi ibu.” Jawab kami bersama.
“Ibu baru saja mendapat kabar buruk dari salah satu teman
sekelas kita, yaitu Kiera. Rumahnya mengalami kebakaran sekitar jam 2 dini pagi
hari tadi. Semua barang dan rumahnya benar-benar terbakar habis. Namun,
syukurnya Kiera dan kedua orang tuanya baik-baik saja. Dan oleh karena itu,
Kiera tidak dapat hadir hari ini bersama-sama dengan kita.” Kata bu Rini,
membuatku dan teman-teman sekelas terkejut, karena baru mengetahui hal tersebut.
“Ibu, sekarang Kiera dan keluarganya ada dimana?” Tanyaku.
“Sekarang mereka sedang mengungsi ke rumah saudaranya,
Clara.” Jawab bu Rini padaku, membuatku merasa sangat sedih.
“Kita doakan yang terbaik yaa untuk Kiera, semoga dapat
diberi ketabahan dan keihklasan.” Kata bu Rini pada kami semua.
“Baik ibu.” Jawab kami sekelas.
. . . . .
Selepas jam mata kuliah terakhir selesai, ketua kelasku
meminta kami sekelas untuk tidak langsung pulang ke rumah. Jihan mengatakan, “Mengenai
musibah yang menimpa Kiera, aku berniat ingin meminta bantuan kalian semua
untuk mau bersama-sama membantu Kiera, seperti mengumpulkan uang dan baju-baju
yang masih layak dipakai untuknya. Saat ini, pasti Kiera sedang merasa
kesulitan dan membutuhkan bantuan kita. Jadi, aku ingin kita semua mau bekerja
sama untuk membantunya. Bagaimana, kalian mau kan?”
“Tentu saja! Kita semua kan teman, jadi harus saling
membantu.” Jawab Dion.
“Betul itu!” Seru kami sekelas.
Aku tersenyum senang, karena teman-teman sekelasku sangat perduli
dan mau saling membantu satu sama lain.
“Kalau begitu, setelah pulang dari kampus besok, aku harap
kalian jangan pulang dulu yaa.. Kita akan pergi ke rumah saudara Kiera. Dan
paginya aku berniat ingin meminta donasi ke mahasiswa lain. Jika kalian berniat
membelikan makanan, pakaian atau mempunyai barang-barang layak yang dapat
membantu Kiera dan keluarganya, kalian boleh membawa itu besok yaa.” Kata Jihan,
dan dijawab dengan anggukan oleh kami semua.
. . . . .
Saat sampai dirumah aku langsung menemui ibuku yang sedang
berada didapur untuk memasak makan siang. “Bu, aku dengar dari bu Rini, kalau
rumah Kiera kebakaran.” Kataku pada ibuku.
“Hah?! Yaampun.. Kasihan sekali mereka. Kamu sudah
menghubungi Kiera untuk menanyakan keadaannya?” Seru ibuku.
“Oh iyaa.. Belum ibu, nanti akan aku hubungi setelah ini.
Karena aku mau mencari baju-baju untuk Kiera dulu.” Jawabku.
“Oh.. bagus itu! Kamu bisa ambil juga beberapa baju dilemari
ibu yang mungkin bisa dipakai untuk ibunya Kiera. Nanti coba hubungi ayah juga,
tanyakan apakah ayah mau menyumbangi bajunya juga untuk ayah Kiera.” Kata ibu,
yang langsung kujawab dengan anggukan.
Lalu, aku bergegas untuk menghubungi ayah. Dan ternyata ayah
langsung menyetujui hal itu. Ayah bahkan berniat akan membelikan makanan,
pakaian dan peralatan sekolah untuk Kiera setelah pulang dari kantor nanti. Aku
benar-benar bersyukur karena banyak orang yang perduli dan mau membantu Kiera.
. . . . .
Keesokan harinya, aku datang ke kampus pagi-pagi, karena sudah
berjanji dengan Jihan untuk membantu mengumpulkan donasi ke satu kampusku.
Untungnya, hari ini kelas kami mendapatlan jadwal mata kuliah pada jam ketiga,
jadi kami dapat berkeliling kampus dahulu sebelum jam mata kuliah ketiga
dimulai.
Setelah satu jam berkeliling, terkumpul sekitar Rp. 2.756.000
yang sudah kami hitung semua saat beristirahat dikantin tadi. “Wah.. lumayan
banyak nih. Semoga uang ini dapat membantu keluarga Kiera yaa.. Walaupun,
mungkin tidak dapat membantu banyak.” Kataku.
“Iya, kita doakan saja yang terbaik untuk mereka..” Kata
JIhan.
. . . . .
Selepas pulang dari kampus, sekitar 7 orang temanku termasuk
aku yang merupakan perwakilan kelas, datang ke rumah saudara Kiera, yang berada
tidak jauh dari rumah Kiera yang terbakar.
“Kiera..” Panggil kami dari luar rumah.
Kiera keluar dari rumah, dan terkejut karena kami datang
kerumahnya tanpa sepengertahuannya. “Kalian kok kesini gak bilang-bilang dulu?”
Tanya Kiera.
“Kejutan!” Seru Dion, membuat kami semua tertawa.
“Kami datang kesini untuk melihat keadaanmu, kamu baik-baik
saja kan Kiera?” Tanyaku.
Kiera tersenyum terharu, “Aku baik-baik saja. Terimakasih
yaa, sudah perduli denganku.”
“Tentu saja kami perduli, kita semua kan sudah seperti
keluarga. Oh iyaa, kami datang kesini juga karena ingin memberikan sesuatu buat
kamu.” Kata Jihan, membuat Kiera sedikit bingung.
Kami langsung memberikan uang dari donasi yang telah
dikumpulkan, beberapa pakaian, peralatan sekolah dan makanan untuk Kiera. Kiera
terdiam, membuat kamu merasa bingung. Dan, tak lama ia menangis, membuat kami
terkejut.
“Eh.. Kiera, jangan nangis.” Kata Aldo.
“Aku nangis karena terharu. Terimakasih yaa teman-teman
semua. Semua yang kalian berikan padaku, sangat berarti untukku dan kedua orang
tuaku.” Kata Kiera.
“Iyaa, sama-sama. Kamu jangan sedih dan tetap sabar yaa
Kiera.. Kami semua doakan semoga musibah yang kamu dapatkan kemarin, akan
dibalas dengan banyak kebaikan dan berkat yang berlimpah” Kataku membuat Kiera
tersenyum senang. Aku dan teman-temanku pun ikut merasa bahagia karena dapat
membantu Kiera.
Dan berakhirlah
ceritaku ini..
Setiap manusia tidak
dapat tinggal sendirian, dan pasti akan membutuhkan orang lain. Jadi, jika kamu
punya teman atau seseorang yang sedang merasa kesulitan atau terkena musibah,
aku harap kamu mau membantunya yaa. Tidak perlu dengan memberikan barang-barang
mahal atau uang yang banyak, namun hanya dengan kamu menemaninya dan perduli
terhadapnya saja, itu sudah pasti sangat membantunya.

Komentar
Posting Komentar